Curiculum Vitae

03.38 Edit This 0 Comments »
Nama: Wiraguna Kristian Naftalie Guntur
Tempat/tanggal Lahir: Bogor, 28 Juni 1988


Riwayat Pendidikan
1994-2000 : SD Kesatuan
2000-2003 : SMP Kesatuan
2003-2006 : SMA Kesatuan
2006-sekarang : STIKOM LSPR

Riwayat Kerja
2009-sekarang: Pengajar Ekstrakulikuler Bina Vokalia SMA Kesatuan
2009-sekarang: Pelatih Privat Piano

Research Hubungan Pola Tingkah Laku Asuh Orangtua Pada Keluarga Kelas Menengah

06.41 Edit This 0 Comments »
“Hubungan Pola Tingkah Laku Asuh Orangtua Pada Kelas Menengah”




disusun oleh:

Wiraguna Kristian Naftalie Guntur
2006100316
Latar Belakang

Sadar atau tidak sadar, tingkat ekonomi dapat mempengaruhi sebuah pola asuh anak dalam sebuah keluarga. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan dalam pola asuh anak. Keluarga dengan kelas rendah pasti berbeda dengan kelas menengah maupun atas.
Hal ini yang akan menentukan kemana sebuah masyarakat akan berkembang. Anak yang di asuh di kalangan keluarga menengah ke atas biasanya akan lebih berkualitas dibanding dengan anak yang diasuh dalam lingkungan keluarga kelas bawah. Namun bila dibandingkan dengan anak yang di asuh di lingkungan keluarga yang kelas menengah akan jauh lebih berkualitas.




Tujuan Penelitian
Untuk mencari tahu pola tingkah laku asuh orangtua kelas menengah di Indonesia.
Contoh Kasus
( Keluarga Bpk. Eddy ) (nama disamarkan)

Keluarga Bapak Eddy merupakan sebuah keluarga yang terdiri dari empat orang anggota keluarga. Bapak Eddy hidup bersama 2 orang putra dan istrinya yang bernama Rachel. Anak-anak Bapak Eddy bernama Fabian Sukino dan yang bungsu bernama Febri Sukino. Fabian sekarang telah duduk di bangku kelas 6 SD sedangkan Febri duduk di bangku kelas 4 SD.
Keseharian yang dilakukan oleh keluarga ini adalah, pukul 5 pagi ibu Rachel bangun untuk menyiapkan sarapan untuk suami dan anak-anak nya dan juga kopi untuk suaminya. Sekitar pukul setengah enam, bapak Fabian bangun dan bergegas mandi sementara itu ibu Rachel membangunkan anak-anaknya. Yang paling sulit dibangunkan adalah Febri, ibu Rahel biasa nya akan sedikit membentak Febri agar dia segera bangun. Setelah itu mereka berdua segera mandi, sedangkan ibu Rachel menyiapkan seragam anak-anak nya. Bapak Eddy sendiri, setelah selesai mandi beliau segera meminum kopinya dan memakan sarapnnya sambil membaca koran. Di pagi itu biasanya tidak banyak komunikasi yang terjadi. Paling-paling bapak Eddy hanya menanyakan apakah semua perlengkapan sudah dibawa dan tidak ada yang tertinggal.
Sekitar pukul enam lewat seperempat, bapak Eddy berangkat bersama anak-anaknya. Pukul 12 siang biasanya ibu Rachel sudah bersiap-siap untuk pergi menjemput Fabian dan Febri karena mereka pulang pukul setengah satu lewat sepuluh. Sekitar jam satu biasanya mereka sudah sampai di rumah, dan ibu Rachel menyuruh anak-anaknya untuk berganti pakaian sementara dia menyiapkan makan siang untuk mereka. Biasanya selama makan siang mereka bertiga sering mengobrol. Biasanya membicarakan apa saja yang terjadi selama di sekolah dan menanyakan apa saja yang dipelajari hari ini dan ada PR atau tidak.
Pukul dua siang, ibu Rachel menyuruh anak-anaknya untuk tidur siang. Pukul empat anak-anak bangun dan segera mandi, setelah itu mereka belajar dan ditemani oleh ibu Rachel. Sekitar pukul 6 sore, bapak Eddy pulang dari kantor, mereka berempat biasanya mengobrol dan bercanda. Setelah itu biasanya mereka menonton bersama sampai pukul 9 malam setelah itu mereka semua tidur. Sekitar pukul setengah sepuluh biasanya bapak Eddy masuk ke kamar anaknya untuk mengecek apakah anak-anaknya sudah tidur atau belum.


( Penelitian dilakukan dengan cara pengamatan yang berlangsung selama 3 hari.)
Teori

Teori Definisi keluarga

Whall (1986)
Sebagai kelompok yang mengidentifikasikan diri dengan anggotanya yang terdiri dari dua individu atau lebih yang asosiasinya dicirikan oleh istilah-istilah khusus, yang boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah atau hukum, tapi yang berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka menganggap diri mereka sebagai sebuah keluarga.

Family Service America (1984)
Mendefinisikan keluarga dalam suatu cara yang komprehensif, yaitu sebagai ”dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan keintiman”.

Dalam menyatukan kedua gagasan sentra dari definisi-definisi diatas, ”keluarga menunjuk kepada dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga” (Hariyanto, 2005).

Taylor, 1979
Memberikan pengertian secara sederhana keluarga dipandang sebagai sebuah sistem sosial, “The family is comprised of a network of a continually evolving interpersonal unions (structure). It is linked of bonds of closeness, security, identity, support and sharing (bonding), and is demarcated by genetic heritage, legal sanction, and interpersonal alliance (boundaries). The family is perpetuated to fill individual biologic, economic, psychologic and social needs (function).”
Dalam Laporan Temu Ilmiah Sistem Kesejahteraan Anak Nasional, Kantor Menko Kesra Depsos, 1998, pola asuh orangtua dirumuskan sebagai “seperangkat sikap dan perilaku yang tertata, yang diterapkan oleh orangtua dalam berinteraksi dengan anaknya”.

Baumrind (dalam Achir, 1990)
Menganggap bahwa pola pengasuhan tertentu dalam keluarga akan memberi pengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak. Baumrind (dalam Martin & Colbert, 1997) mengidentifikasi 3 pola utama tipe/gaya pengasuhan: authoritarian (tinggi control, rendah kehangatan), permissive (tinggi kehangatan, rendah control) dan authoritative (tinggi control, tinggi kehangatan).
Pembahasan Teori

Keluarga adalah sebuah kelompok yang pada umumnya terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga sendiri adalah setiap unit yang membentuk sebuah kesatuan yang memiliki fungsi masing-masing.
Masing – masing anggota keluarga biasanya terikat secara emosional maupun tanggungjawab. Tanggungjawab yang dimaksud ialah, seorang ayah bertugas mengayomi keluarganya dan memenuhi kebutuhan anak istrinya baik secara lahir maupun batin, seorang istri memiliki tanggungjawab kepada suaminya dan juga mengurus anak-anaknya, dan seorang anak juga memiliki tanggungjawab untuk berbakti kepada kedua orangtua nya.
Keluarga juga merupakan suatu jaringan dimana masing-masing memiliki kebutuhan juga, seperti rasa aman, kebutuhan ekonomi, identitas, dan pengakuan dari masing-masing anggota keluarga nya sendiri. Sebuah keluarga bisa hancur apabila masing-masing anggota keluarga tidak saling memperhatikan satu sama lain.
Peran orang tua juga tidak lepas dalam hal menentukan akan seperti apa nanti keluarga tersebut berkembang dan bagaimana nanti anak-anak mereka tumbuh ketika dewasa. Hal tersebut tak lepas dari pola asuh orang tua terhadap anaknya. Memang banyak faktor budayaan atau ayang menentukan hal ini, misalnya masalah tingkatan ekonomi, pendidikan dan latar belakang keluarga.
Pembahasan Kasus
( Keluarga Bpk. Eddy )


Keluarga Bapak Eddy termasuk dalam keluarga kelas menengah. Bila dilihat dari keseharian keluarga mereka, dapat disimpulkan bahwa keluarga mereka cukup harmonis. Masing-masing anggota keluarga menjalankan fungsi dan tanggungjawabnya dengan cukup baik.
Dalam hal mendidik pun, tidak ada kekerasan di dalam keluarga tersebut. Bila ada yang membuat kesalahan lebih banyak teguran dan sebuah pengarahan dari orang tua. Dalam pola tingkah laku asuh nya pun, komunikasi sangat ditekankan. Walaupun Ibu Rachel lebih mendominasi hal ini, tapi itu tidak membuat peran seorang ayah dan suami hilang, karena Bapak Eddy selalu menyempatkan waktu untuk berbicara dengan anak-anak dan istrinya,.

Kesimpulan

Tingkat kelas ekonomi sangat menetukan pola tingkah laku asuh orang tua terhadap anaknya. Hal ini dapat dilihat bila membandingkan dengan keluarga dengan tingkat kelas atas dan bawah. Pada keluarga dengan tingkatan ekonomi kelas bawah cenderung lebih keras dan menggunakan hukuman fisik apabila seorang anak melakukan sebuah kesalahan., anak dari kelas bawah bersikap lebih agresif, independen, dan biasanya cenderung lebih awal dalam pengalaman seksual.
Pada kelas atas cenderung lebih memanfaatkan waktu luangnya dengan kegiatan tertentu, lebih memiliki latar belakang pendidikan yang reputasinya tinggi, dan biasanya senang mengembangkan apresiasi estetikanya, anak-anaknya cenderung memiliki rasa percaya diri dan cenderung memanipulasi aspek realititas.
Untuk kelas menengah cenderung lebih memberikan pengawasan dan perhatian sebagai orang tua. Para ibunya merasa bertanggung jawab terhadap tingkah laku anak-anaknya dan menerapkan ambisi untuk meraih status tinggi, dan menekan anak untuk mengejar statusnya melalui pendidikan dan latihan professional.
Pada keluarga Bapak Eddy, hal tersebut bisa terlihat, dimana ketika sang ibu memberikan kontrol dan pengawasan tapi tetap juga memberikan kehangatan, dan hal ini juga dilakukan oleh suaminya, sehingga pola asuh tersebut bisa dikatakan pola asuh authoritative (Baumrind (dalam Achir, 1990),tentang tiga pola pengasuhan).

Indonesia Communication Sistem ( Budaya Jawa dan Cina)

06.30 Edit This 0 Comments »

Indonesian Communication System

“Komunikasi Antar Budaya di Dalam Keluarga”
(Kebudayaan Cina dan Jawa Tengah)



disusun oleh:

Wiraguna Kristian Naftalie Guntur
MKT 11-1C
2006100316

Kebudayaan Cina
Pada dasarnya orang-orang keturunan cina memiliki karakter pelit, ketika berbicara ceplas-ceplos tanpa memikirkan perasaan orang lain. Namun dibalik itu semua, orang-orang cina sangat terkenal dengan perhitungan yang teliti dalam hal bisnis, pekerja keras, dan juga, sangat mengutamakan anak-anak nya dahulu. Sebagai gambaran, orang tua dari keluarga cina, biasanya rela banting tulang namun itu semua hanya untuk anak-anaknya, jarang sekali orang tua dari keturunan cina berfoya-foya hanya untuk kepentingan nya sendiri.

Dalam keluarga keturunan Cina, biasanya sangat kental sekali ikatan keluarganya. Hal ini dapat terjadi karena, dalam keturunan cina, masih ada budaya untuk berkumpul (biasanya pada saat hari raya besar Imlek) dan juga, dengan adanya marga, sehingga pertalian saudara tidak terputus dan dapat diketahui dengan mudah. Ditambah lagi dengan kebiasaan mengunjungi makam leluhur, yang biasanya di hadiri oleh seluruh anggota keluarga, dan moment ini biasanya digunakan untuk saling lebih menakrabkan diri, dan juga untuk mengenalkan saudara-saudara yang lain, karena biasanya orang keturunan cina memiliki saudara yang banyak dan tersebar.
Bila disimpulkan, kebudayaan orang-orang keturunan ini memiliki beberapa kelemahan dan sisi posotifnya. Kelemahannya ialah, orang-orang ini biasanya terkenal dengan sikap pelitnya, padahal menurut mereka, mereka hanya berhemat. Lalu orang-orang ini ketika berbicara pun sangat ceplas-ceplos (poksang) sehingga, tak jarang menyinggung lawan bicaranya apalagi orang yang baru dikenal. Nada bicara orang-orang ini biasanya terdengar agak ketus, sehingga tak jarang bila mereka sedang berkomunikasi seperti orang sedang bertengkar.
Sisi positif nya ialah, orang-orang ini terkenal sangat ulet dalam bekerja, mungkin dikarenakan kultur mereka yang mengutamakan pekerjaan. Dalam berbisnis, mereka biasanya sangat cermat dan berani ambil resiko, sehingga tak sedikit orang-orang tersebut bisa sukses dalam waktu yang cukup singkat.


Kebudayaan Jawa Tengah
Orang-orang dengan kebudayaan ini, bisanya sangat mengutamakan kesopanan, dan juga masih terdapat system urutan,atau tingkatan dalam keluaraga, jadi sekalipun seorang anak usianya jauh lebih muda dari saudaranya, bias saja dia dipanggil mas atau Mba, tergantung dari urutan keluarganya. Orang JAwa terkenal dengan sikap tertutup dan pendendam, jadi bila ada orang yang menyinggung perasaannya, biasanya rasa kesal tersebut akan dibawa samapi mati, sekalipun mungkin didepan orang yang bersangkutan masih dapat besikap ramah.
Orang-orang dengan kebudayaan ini, biasanya sangat sensitive dan halus dalam berbicara, jadi harus berhati-hati bila berbicara dengan orang-orang Jawa Tengah. Kelebihan dari orang-orang ini adalah, sekalipun terlihat lambat dalam bekerja, tapi termasuk dalam orang yng pekerja keras, dan juga kreatif. Orang-orang ini, sekalipun tidak sepintar orang cina dalam berbisnis, naumun orang-orang Jawa Tengah biasanya mampu berfikir bagaimana cara menghasilkan duit.
Tidak jauh berbeda dengan orang-orang dari keturunan cina, orang-orang jawa pun memiliki kelemahan dan sisi positif dari kultur mereka. Kelemahan kebudayaan ini adalah, sikap ketertutupannya membuat orang sulit untuk menebak maksud dari orang-orang ini. Ditambah lagi dengan tingkat sensitifitas yang tinggi, sehingga mudah sekali tersinggung, walaupun jarang sekali menunjukkan sikap ketidaksukaannya, namun hal ini membuat orang-orang Jawa pada umumnya bila sudah marah ama seseorang, maka akan di ingat sampai mati. Dalam bekerjapun sangat santai, sehingga tidak cocok untuk bidang pekerjaan yang membutuhkan kecepatan waktu.
Disamping kelemahan-kelemahan di atas, orang jawa pun memiliki sisi positif, misalnya, orang-orang Jawa Tengah memiliki tingkat kesopanan yang sangat tinggi. Dan juga, khususnya untuk pria, bias dibilang beruntung bila memiliki istri orang Jawa Tengah, karena pada umum nya orang-orang ini setia dan pintar mengatur keuangan.

Komunikasi Antar Budaya di Dalam Keluarga

Selama ini belum ada masalah yang besar di dalam komunikasi di keluarga sekalipun terdapat gabungan dua kultur yang berbeda. Hal ini mungkin dikarenakan, masing-masing kultur yang ada bersifat mampu beradaptasi dan menerima perbedaan. Sekalipun mungkin pada awal-awalnya terdapat masalah, apalagi dengan masalah karakter, di satu sisi yang satu berasal dari background keluarga keturunan yang ketika berbicara ceplas-ceplos bertemu dengan orang yang berasal dari keluarga denga background keluarga dari culture Jawa Tengah yang memiliki perasaan yang halus.
Namun seiring waktu, masing-masing dapat mempelajari dan beradaptasi dengan perbedaan budaya tersebut. Jadi sebenarnya, pada intinya perbedaan kultur dalam keluarga bukan masalah, yang penting ialah bagaiamana cara untuk menyingkapi perbedaan tersebut dan sikap mau menerima segala perbedaan dan mempelajari perbedaan tersebut, dan yang paling penting adalah menyamakan pandangan bahwa perbedaan itu adalah merupakan variasi yang indah.

Tugas Antropologi (kasus rasisme)

06.25 Edit This 0 Comments »
Kasus Rasis, Kroasia Didenda
Jumat, 26 September 2008
Zurich- Badan Sepakbola Dunia akhirnya menjatuhkan sanksi berupa denda 14,920 Poundsterling kepada federasi Sepakbola Kroasia. Sanksi tersebut merupakan buntut rasis yang dilayangkan pendukung Timnas Kroasia.
Aksi rasis para pendukung Kroasia dialamatkan kepadanstriker Emily Heskey. Saat itu, Heskey tengah membantu Inggris membungkam Kroasia 4-1 pada babak penyisihan Piala Dunia 2010 di Maksimir Stadium, Zagreb, 11 September lalu.
Kelompok kecil penonton meneriakkan umpatan monyet kepada Heskey. Pemicunya adalah aksi pelanggaran yang dilakukan Heskey terhadap pemain Kroasia Niko Kovac. Setelah laga berakhir, Asosiasi Sepak Bola Inggris langsung melayangkan aduan ke FIFA, kemudian FIFA langsung melakukan investigasi terhadap kejadian tersebut.
(sumber: http://bola.okezone.com dibuka tanggal 12-10-2010)



Komentar

Dipandang dari sudut manapun, tindakan para pendukung Kroasia tidak dapat dibenarkan. Karena ujung dari perbuatan rasisme adalah masalah, dan itulah yang dihadapai Kroasia sekarang. Cukup aneh, dengan semakin majunya dunia, masih banyak saja munculnya masalah rasisme. Hal ini bukan semata kurangnya kesadaran maupun tinggi rendah nya tingkat pendidikan, namun masih ada nya pemikiran yang kental dikalangan tertentu kalau budaya mereka atau suku mereka adalah yang paling hebat, atau bisa dikatakan juga etnosentrisme.
Padahal bila dipelajari dari masing-masing budaya nya, seiap suku maupun negara memiliki keunggulannya sendiri, sehingga sangat tidak perlu untuk bersikap seperti halnya pendukung Kroasia lakukan. Apalagi, pada dasarnya semua manusia itu memiliki harkat dan martabat yang sama.

00.07 Edit This 0 Comments »
A BRIEF EARTH HISTORY AND THEORY OF PLATE TECTONICS

One major segment of current geological is consentrate to life form at the geological boundaries. A brief overview of one model explaining these event is given below.
For the first we can talk about a clue from meteorit. The meteorites are the left-overs from the creation of the solar system, that up to 19% water locked up in their mineral structure. Upon heating, this water is given up, and the mineral turns to olivine. The earth’s mantle is large composed of olivenes.
The second, The role of radioactive decay. After the creation, the interior of the earth heat up to the rapid decay of short radioactive elements as a result of hight speed values, and this radioactive heating drove the water out of a lot or minerals in the mantle the earth’s surface. The radioactive heating continue and continue, more and more and that’s make a forming the tectonic plates. This pressure was increased by the expansion of mantle rock through heating.
The flood layer in geology, this event dates from the infra-cambrian around 600 million years ago atomically, and this converts to 3536 BC when the atomic clock is corrected for variation. This quartzite resulted since the water in the earth” interior was rich in silica.
In the second catastrophe, the radioactive heating of the erath’s interior continued made the mantle become molten and that’s episode of rampant volcanism followed.
The change in atmosphere brought about by volcanism produced a dry and windy elimate generally. The land full with the big reptile, big amphibi, old plan, and that’s has found in the next million years, and called fossil.
The continent divide, the major impact of the series of the Yucatan (near the mid-Atlantic rift) accelerated the rate of continental drift. The impact appears to have increased the axis tilt to something of the order of 28 degrees or more. When the temperature back to the present 23,5 degrees, that’s make the land hidden deeply on ice, and we called tha t the ice age.
Plate tectonic theory, that’s the theory that earth’s outer layer is made up of plates, which have moved throughtout earth”s history. The theory explained how and why behind mountains, colcanoes, and earthquake, and this theory explained similar animals culd have lived at the same time. Exactly what drives plate tectonics is not known. One theory is that convection within the earth’s mantle pushes the plates, and in the same way that air heated by your body rises upward and is deflected sideways when it reaches the ceiling.
And the other theory, is a gravity, the gravity is pulling the older, colder, and the heavier ocean floor with more force then the newer, lighter, and seafloor.
Plate tectonic activity takes place at four of boundaries, first, divergent boundaries is, where new crust is formed, the second is convergent boundaries, that means where crust is consumed, the thirdh is collisional boundaries, that’s mean where two land masses collide, and the last is transform boundaries, that is mean, where two plate slide against each other.
BIBLIOGRAPHY
Setterfield, Barry(1997) Creation and Catastrophe

00.02 Edit This 0 Comments »
BAB l
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan
Mempelajari sejarah kebudayaan yang terdapat pada seluruh bangsa dan di seluruh dunia, ternyata kelompok, masyarakat, atau yang disebut bangsa hidup dengan cara-cara yang dibentuknya sendiri. Setiap kelompok tersebut memiliki kebudayaannya masing-masing. Ada pula unsur budaya yang tidak dapat langsung dilihat. Misalnya, norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam budaya.
Budaya tidak ada yang asli dalam arti tidak semua unsurnya selalu berasal dari dalam budaya itu sendiri. Budaya yang tidak terpengaruh oleh budaya lain akan terisolasi dan tidak bisa berkembang dan pada akhirnya akan lenyap. Pengaruh atau pengambilan unsur-unsur budaya dari luar sebenarnya bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup budayanya.
Hal tersebut tidak lepas dari perananan arus globalisasi. Apakah arus globalisasi dapat dibnedung? Satu hal sudah pasti, arus globalisasi sukar dibendung. Karena ada sisi positif maupun negatif dari arus globalisasi.
1.2 Rumusan Masalah
”Apakah Hubungan Antara Pluralisme Budaya dan Tantangan Arus Globalisasi di Indonesia?”
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui hubungan antara pluralisme budaya dan tantangan arus globalisasi di Indonesia.











BAB ll
KERANGKA TEORITIS
2.1 Definis Antropologi
2.1.1 Definisi Antropologi secara Etimologi
Antropologi berasal dari kata Yunani άνθρωπος (baca: anthropos) yang berarti "manusia" atau "orang", dan logos yang berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial.
Antropologi memiliki dua sisi holistik dimana meneliti manusia pada tiap waktu dan tiap dimensi kemanusiannya. Arus utama inilah yang secara tradisional memisahkan antropologi dari disiplin ilmu kemanusiaan lainnya yang menekankan pada perbandingan/ perbedaan budaya antar manusia. Walaupun begitu sisi ini banyak diperdebatkan dan menjadi kontroversi sehingga metode antropologi sekarang seringkali dilakukan pada pemusatan penelitan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal.

2.1.2 Definisi Antropologi secara konseptual :
Haviland (1985) mengatakan bahwa antropologi sebagai studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya dan memperoleh pengertian lengkap tentang keanekaragaman manusia.
Ariyono Suyono (1985) antropologi adalah ilmu yang berusaha mencapai pengertian tentang makhluk manusia dengan mempelajari aneka warna bentuk fisik , kepribadian, masyarakat serta kebudayaanya.
Koentjaraningrat(1990), ilmu antropologi memperhatikan lima masalah mengenai makhluk manusia , yaitu :
1. Sejarah terjadinya perkembangan manusia sebagai makhluk Biologis
2. Sejarah terjadinya aneka warna makhluk manusia, dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya.
3. Persebaran dan terjadinya aneka warna bahasa yang diucapkan oleh manusia di seluruh dunia.
4. Perkembangan , persebaran, dan terjadinya aneka warna kebudayaan manusia di seluruh dunia.
5. Dasar-dasar dan aneka warna kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat-masyarakat dan suku-suku bangsa yang tersebar diseluruh bumi jaman sekarang ini.
2.1.3 Definisi Antropologi secara operasional
Antropologi adalah ilmu yang menjadikan manusia sebagai bahan studi nya dan mengamati perilaku manusia di dalam masyarakat yang bertujuan untuk mencapai pengertian tentang makhluk manusia dengan mempelajari kehidupan manusia tersebut dalam berbagai aspek, dan juga mempelajari mengenai perkembangan manusia, sejarah terbentuknya keanekaragaman , persebaran, dan dasar-dasar keanekaragaman manusia.













2.1.4 Instrumen Variabel konsep Teori Antropologi
Teori
Dimensi
Indikator

Manusia
Evolusi Makhluk Hidup


Ciri-ciri Fisik


Perilaku


Kepribadian


Makhluk sosial


Makhluk Biologis


Hakikat Hidup Manusia


Berkarya


Kedudukan


Interaksi Sosial


Interaksi dengan Alam Semesta


Interaksi dengan Tuhan

Budaya
Agama


Norma


Mata Pencaharian


Kesenian


Bahasa


Baju Adat


Peralatan Hidup

Masyarakat
Hakikat Hidup


Proses Sosial


Interaksi Sosial


Staratifikasi


Pranata

2.2 Definisi Kebudayaan
2.2.1 Definisi Etimologis
Kata kebudayaan berasal dari kata sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari busi atau akal , yang artinya hal-hal yang bersangkutan dengan akal.
2.2.2 Definisi Konseptual
Kebudayaan adalah kebiasaan yang dibiasakan oleh manusia dengan belajar ( C. Wissler).
2.2.3 Definisi Operasional
Kebudayaan adalah hasil karya, karsa, cipta manusia yang terdapat dalam masyarakat dan menjadi cirri khas suatu masyarakat yang dijaga oleh masyarakat tersebut.
2.2.4 Instrument Variable Konsep
Teori
Dimensi
Indikator
K
E
B
U
D
A
Y
A
A
N
Manusia
Kebiasaan hidup

Hasil karya, karsa, cipta

Masyarakat
Muncul adat istiadat

Lahirnya norma-norma


2.3.4 Definisi Masyarakat Secara Operasional
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang bekerja sama, terorganisir menurut satu cara hidup tertentu yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan rasa persatuan yang sama serta terdiri dari golongan besar atau kecil yang masing-masing berinteraksi menurut suatu system tertentu yang saling terikat oleh kesamaan identitas bersama.
2.3.4 Instrumen Variable Konsep
Teori
Dimensi
Indikator
M
A
S
Y
A
R
A
K
A
T
Manusia
Kebiasaan hidup

Hakikat hidup manusia
Makhluk Sosial
Berinteraksi
Penggolonan
Budaya
Adat Istiadat






BAB lll
Pluralisme Budaya dan Tantangan Arus Globalisasi di Indonesia
3.1 Definisi Globalisasi
Kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekadar definisi kerja (working definition), sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat
Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuknya yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama.
3.2 Sejarah Globalisasi
Banyak sejarawan yang menyebut globalisasi sebagai fenomena di abad ke-20 ini yang dihubungkan dengan bangkitnya ekonomi internasional. Padahal interaksi dan globalisasi dalam hubungan antarbangsa di dunia telah ada sejak berabad-abad yang lalu. Bila ditelusuri, benih-benih globalisasi telah tumbuh
ketika manusia mulai mengenal perdagangan antarnegeri sekitar tahun 1000 dan 1500 M. Saat itu, para pedagang dari Tiongkok dan India mulai menelusuri negeri lain baik melalui jalan darat maupun jalan laut untuk berdagang.
Fenomena berkembangnya perusahaan McDonald di seluroh pelosok dunia menunjukkan telah terjadinya globalisasi
Fase selanjutnya ditandai dengan dominasi perdagangan kaum muslim di Asia dan Afrika. Kaum muslim membentuk jaringan perdagangan yang antara lain meliputi Jepang, Tiongkok, Vietnam, Indonesia, Malaka, India, Persia, pantai Afrika Timur, Laut Tengah, dan Venecia. Di samping membentuk jaringan dagang, kaum pedagang muslim juga menyebarkan nilai-nilai agamanya, nama-nama, abjad, arsitek, nilai sosial dan budaya Arab ke warga dunia.
Fase selanjutnya ditandai dengan eksplorasi dunia secara besar-besaran oleh bangsa Eropa. Spanyol, Inggris, dan Belanda adalah pelopor-pelopor eksplorasi ini. Hal ini didukung pula dengan terjadi meningkatkan keterkaitan antarbangsa dunia. berbagai teknologi mulai ditemukan dan menjadi dasar perkembangan teknologi saat ini, seperti komputer dan internet. Pada saat itu, berkembang pula kolonialisasi di dunia yang membawa pengaruh besar terhadap difusi kebudayaan di dunia.

Semakin berkembangnya industri dan kebutuhan akan bahan baku serta pasar juga memunculkan berbagai perusahaan multinasional di dunia. Di Indinesia misalnya, sejak politik pintu terbuka, perusahaan-perusahaan Eropa membuka berbagai cabangnya di Indonesia. Freeport dan exxon dari Amerika Serikat, Unilever dari Belanda, British Pretoleum dari Inggris adalah beberapa contohnya. Perusahaan multinasional seperti ini tetap menjadi ikon globalisasi hingga saat ini.
Fase selanjutnya terus berjalan dan mendapat momentumnya ketika perang dingin berakhir dan komunisme di dunia runtuh. Runtuhnya komunisme seakan memberi pembenaran bahwa kapitalisme adalah jalan terbaik dalam mewujudkan kesejahteraan dunia. Implikasinya, negara negara di dunia mulai menyediakan diri sebagai pasar yang bebas. Hal ini didukung pula dengan perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi. Alhasil, sekat-sekat antarnegara pun mulai kabur.

Ciri globalisasi
Berikut ini beberapa ciri yang menandakan semakin berkembangnya fenomena globalisasi di dunia.
¨ Hilir mudiknya kapal-kapal pengangkut barang antarnegara menunjukkan keterkaitan antarmanusia di seluruh dunia
Perubahan dalam konsep ruang dan waktu. Perkembangan barang-barang seperti telepon genggam, televisi satelit, dan internet menunjukkan bahwa komunikasi global terjadi demikian cepatnya, sementara melalui pergerakan massa semacam turisme memungkinkan kita merasakan banyak hal dari budaya yang berbeda.
Pasar dan produksi ekonomi di negara-negara yang berbeda menjadi saling bergantung sebagai akibat dari pertumbuhan perdagangan internasional, peningkatan pengaruh perusahaan multinasional, dan dominasi organisasi semacam World Trade Organization (WTO).
Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa (terutama televisi, film, musik, dan transmisi berita dan olah raga internasional). saat ini, kita dapat mengonsumsi dan mengalami gagasan dan pengalaman baru mengenai hal-hal yang melintasi beraneka ragam budaya, misalnya dalam bidang fashion, literatur, dan makanan.
Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup, krisis multinasional, inflasi regional dan lain-lain.

Teori globalisasi
Pakar globalis bernama Cochrane dan Pain menegaskan bahwa dalam kaitannya dengan globalisasi, terdapat tiga posisi teroritis yang dapat dilihat, yaitu:
Para globalis percaya bahwa globalisasi adalah sebuah kenyataan yang memiliki konsekuensi nyata terhadap bagaimana orang dan lembaga di seluruh dunia berjalan. Mereka percaya bahwa negara-negara dan kebudayaan lokal akan hilang diterpa kebudayaan dan ekonomi global yang homogen. meskipun demikian, para globalis tidak memiliki pendapat sama mengenai konsekuensi terhadap proses tersebut.
Para globalis positif dan optimistis menanggapi dengan baik perkembangan semacam itu dan menyatakan bahwa globalisasi akan menghasilkan masyarakat dunia yang toleran dan bertanggung jawab.
Para globalis pesimis berpendapat bahwa globalisasi adalah sebuah fenomena negatif karena hal tersebut sebenarnya adalah bentuk penjajahan barat (terutama Amerika Serikat) yang memaksa sejumlah bentuk budaya dan konsumsi yang homogen dan terlihat sebagai sesuatu yang benar dipermukaan. Beberapa dari mereka kemudian membentuk kelompok untuk menentang globalisasi (antiglobalisasi).
Para tradisionalis tidak percaya bahwa globalisasi tengah terjadi. Mereka berpendapat bahwa fenomena ini adalah sebuah mitos semata atau, jika memang ada, terlalu dibesar-besarkan. Mereka merujuk bahwa kapitalisme telah menjadi sebuah fenomena internasional selama ratusan tahun. Apa yang tengah kita alami saat ini hanyalah merupakan tahap lanjutan, atau evolusi, dari produksi dan perdagangan kapital.
Para transformasionalis berada di antara para globalis dan tradisionalis. Mereka setuju bahwa pengaruh globalisasi telah sangat dilebih-lebihkan oleh para globalis. Namun, mereka juga berpendapat bahwa sangat bodoh jika kita menyangkal keberadaan konsep ini. Posisi teoritis ini berpendapat bahwa globalisasi seharusnya dipahami sebagai "seperangkat hubungan yang saling berkaitan dengan murni melalui sebuah kekuatan, yang sebagian besar tidak terjadi secara langsung". Mereka menyatakan bahwa proses ini bisa dibalik, terutama ketika hal tersebut negatif atau, setidaknya, dapat dikendalikan.







Gerakan pro-globalisasi
Pendukung globalisasi (sering juga disebut dengan pro-globalisasi) menganggap bahwa globalisasi dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran ekonomi masyarakat dunia. Mereka berpijak pada teori keunggulan komparatif yang dicetuskan oleh David Ricardo. Teori ini menyatakan bahwa suatu negara dengan negara lain saling bergantung dan dapat saling menguntungkan satu sama lainnya, dan salah satu bentuknya adalah ketergantungan dalam bidang ekonomi. Kedua negara dapat melakukan transaksi pertukaran sesuai dengan keunggulan komparatif yang dimilikinya. Misalnya, Jepang memiliki keunggulan komparatif pada produk kamera digital (mampu mencetak lebih efesien dan bermutu tinggi) sementara Indonesia memiliki keunggulan komparatif pada produk kainnya. Dengan teori ini, Jepang dianjurkan untuk menghentikan produksi kainnya dan mengalihkan faktor-faktor produksinya untuk memaksimalkan produksi kamera digital, lalu menutupi kekurangan penawaran kain dengan membelinya dari Indonesia, begitu juga sebaliknya.
Salah satu penghambat utama terjadinya kerjasama diatas adalah adanya larangan-larangan dan kebijakan proteksi dari pemerintah suatu negara. Di satu sisi, kebijakan ini dapat melindungi produksi dalam negeri, namun di sisi lain, hal ini akan meningkatkan biaya produksi barang impor sehingga sulit menembus pasar negara yang dituju. Para pro-globalisme tidak setuju akan adanya proteksi dan larangan tersebut, mereka menginginkan dilakukannya kebijakan perdagangan bebas sehingga harga barang-barang dapat ditekan, akibatnya permintaan akan meningkat. Karena permintaan meningkat, kemakmuran akan meningkat dan begitu seterusnya.
Beberapa kelompok pro-globalisme juga mengkritik Bank Dunia dan IMF, mereka berpendapat bahwa kedua badan tersebut hanya mengontrol dan mengalirkan dana kepada suatu negara, bukan kepada suatu koperasi atau perusahaan. Sebagai hasilnya, banyak pinjaman yang mereka berikan jatuh ke tangan para diktator yang kemudian menyelewengkan dan tidak menggunakan dana tersebut sebagaimana mestinya, meninggalkan rakyatnya dalam lilitan hutang negara, dan sebagai akibatnya, tingkat kemakmuran akan menurun. Karena tingkat kemakmuran menurun, akibatnya masyarakat negara itu terpaksa mengurangi tingkat konsumsinya, termasuk konsumsi barang impor, sehingga laju globalisasi akan terhambat dan menurut mereka mengurangi tingkat kesejahteraan penduduk dunia.
Gerakan antiglobalisasi
Antiglobalisasi adalah suatu istilah yang umum digunakan untuk memaparkan sikap politis orang-orang dan kelompok yang menentang perjanjian dagang global dan lembaga-lembaga yang mengatur perdagangan antar negara seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
"Antiglobalisasi" dianggap oleh sebagian orang sebagai gerakan sosial, sementara yang lainnya menganggapnya sebagai istilah umum yang mencakup sejumlah gerakan sosial yang berbeda-beda. Apapun juga maksudnya, para peserta dipersatukan dalam perlawanan terhadap ekonomi dan sistem perdagangan global saat ini, yang menurut mereka mengikis lingkungan hidup, hak-hak buruh, kedaulatan nasional, dunia ketiga, dan banyak lagi penyebab-penyebab lainnya.
Namun, orang-orang yang dicap "antiglobalisasi" sering menolak istilah itu, dan mereka lebih suka menyebut diri mereka sebagai Gerakan Keadilan Global, Gerakan dari Semua Gerakan atau sejumlah istilah lainnya.



3.2 Globalisasi kebudayaan
sub-kebudayaan Punk contohnya, adalah contoh sebuah kebudayaan yang berkembang secara global
Globalisasi mempengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang adalah kesenian yang merupakan subsistem dari kebudayaan.
Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau world culture) telah terlihat semenjak lama. Cikal bakal dari persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan para penjelajah Eropa Barat ke berbagai tempat di dunia ini ( Lucian W. Pye, 1966 ).
Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal ke-20 dengan berkembangnya teknologi kultur. Kontak melalui media menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama komunikasi antarbangsa. Perubahan tersebut menjadikan komunikasi antarbangsa lebih mudah dilakukan, hal ini menyebabkan semakin cepatnya perkembangan globalisasi kebudayaan.



Ciri berkembangnya globalisasi kebudayaan
Berkembangnya pertukaran kebudayaan internasional.. Penyebaran prinsip multikebudayaan (multiculturalism), dan kemudahan akses suatu individu terhadap kebudayaan lain di luar kebudayaannya. Berkembangnya turisme dan pariwisata. Semakin banyaknya imigrasi dari suatu negara ke negara lain. Berkembangnya mode yang berskala global, seperti pakaian, film dan lain lain. Bertambah banyaknya event-event berskala global, seperti Piala Dunia FIFA.
BAB lV
PENUTUP
4.1 Penutup
Walaupun ada dampak negatif arus globalisasi budaya nasional terhadap budaya-budaya etnis, dapat diramalkan bahwa keetnisan masyarakat tidak hilang sama sekali. Dalam rumusan yang banyak terdapat di dlama UUD 1945 dinyatakan bahwa puncak-puncak kebudayaan daerah termasuk kebudayaan nasional. Hal tersebut tidak perlu diperdebatkan, yang perlu dipikirkan adalah bagaimana bentuk budaya nasional tersebut.

4,2 Kesimpulan
Keetnisan janganlah ditonjol-tonjolkan, dan baiklah kita belajar dari pengalaman kelompok-kelompok etnis di bekas negara-negara komunis di Eropa Timur dan di benua Afrika yang tidak ada hbis-habisnya dilanda oleh pertentangan-pertentangan etnisisme yang mengerikan, sampai-sampai mengorbankan nasib berjuta-juta manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Murdock, G.P.
1949 Social Structure. New York, MacMillan
1966 Cross-Cultural Sampling, Ethnology 5

www.wikipedia.com