Research Hubungan Pola Tingkah Laku Asuh Orangtua Pada Keluarga Kelas Menengah

06.41 Edit This 0 Comments »
“Hubungan Pola Tingkah Laku Asuh Orangtua Pada Kelas Menengah”




disusun oleh:

Wiraguna Kristian Naftalie Guntur
2006100316
Latar Belakang

Sadar atau tidak sadar, tingkat ekonomi dapat mempengaruhi sebuah pola asuh anak dalam sebuah keluarga. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan dalam pola asuh anak. Keluarga dengan kelas rendah pasti berbeda dengan kelas menengah maupun atas.
Hal ini yang akan menentukan kemana sebuah masyarakat akan berkembang. Anak yang di asuh di kalangan keluarga menengah ke atas biasanya akan lebih berkualitas dibanding dengan anak yang diasuh dalam lingkungan keluarga kelas bawah. Namun bila dibandingkan dengan anak yang di asuh di lingkungan keluarga yang kelas menengah akan jauh lebih berkualitas.




Tujuan Penelitian
Untuk mencari tahu pola tingkah laku asuh orangtua kelas menengah di Indonesia.
Contoh Kasus
( Keluarga Bpk. Eddy ) (nama disamarkan)

Keluarga Bapak Eddy merupakan sebuah keluarga yang terdiri dari empat orang anggota keluarga. Bapak Eddy hidup bersama 2 orang putra dan istrinya yang bernama Rachel. Anak-anak Bapak Eddy bernama Fabian Sukino dan yang bungsu bernama Febri Sukino. Fabian sekarang telah duduk di bangku kelas 6 SD sedangkan Febri duduk di bangku kelas 4 SD.
Keseharian yang dilakukan oleh keluarga ini adalah, pukul 5 pagi ibu Rachel bangun untuk menyiapkan sarapan untuk suami dan anak-anak nya dan juga kopi untuk suaminya. Sekitar pukul setengah enam, bapak Fabian bangun dan bergegas mandi sementara itu ibu Rachel membangunkan anak-anaknya. Yang paling sulit dibangunkan adalah Febri, ibu Rahel biasa nya akan sedikit membentak Febri agar dia segera bangun. Setelah itu mereka berdua segera mandi, sedangkan ibu Rachel menyiapkan seragam anak-anak nya. Bapak Eddy sendiri, setelah selesai mandi beliau segera meminum kopinya dan memakan sarapnnya sambil membaca koran. Di pagi itu biasanya tidak banyak komunikasi yang terjadi. Paling-paling bapak Eddy hanya menanyakan apakah semua perlengkapan sudah dibawa dan tidak ada yang tertinggal.
Sekitar pukul enam lewat seperempat, bapak Eddy berangkat bersama anak-anaknya. Pukul 12 siang biasanya ibu Rachel sudah bersiap-siap untuk pergi menjemput Fabian dan Febri karena mereka pulang pukul setengah satu lewat sepuluh. Sekitar jam satu biasanya mereka sudah sampai di rumah, dan ibu Rachel menyuruh anak-anaknya untuk berganti pakaian sementara dia menyiapkan makan siang untuk mereka. Biasanya selama makan siang mereka bertiga sering mengobrol. Biasanya membicarakan apa saja yang terjadi selama di sekolah dan menanyakan apa saja yang dipelajari hari ini dan ada PR atau tidak.
Pukul dua siang, ibu Rachel menyuruh anak-anaknya untuk tidur siang. Pukul empat anak-anak bangun dan segera mandi, setelah itu mereka belajar dan ditemani oleh ibu Rachel. Sekitar pukul 6 sore, bapak Eddy pulang dari kantor, mereka berempat biasanya mengobrol dan bercanda. Setelah itu biasanya mereka menonton bersama sampai pukul 9 malam setelah itu mereka semua tidur. Sekitar pukul setengah sepuluh biasanya bapak Eddy masuk ke kamar anaknya untuk mengecek apakah anak-anaknya sudah tidur atau belum.


( Penelitian dilakukan dengan cara pengamatan yang berlangsung selama 3 hari.)
Teori

Teori Definisi keluarga

Whall (1986)
Sebagai kelompok yang mengidentifikasikan diri dengan anggotanya yang terdiri dari dua individu atau lebih yang asosiasinya dicirikan oleh istilah-istilah khusus, yang boleh jadi tidak diikat oleh hubungan darah atau hukum, tapi yang berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka menganggap diri mereka sebagai sebuah keluarga.

Family Service America (1984)
Mendefinisikan keluarga dalam suatu cara yang komprehensif, yaitu sebagai ”dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan keintiman”.

Dalam menyatukan kedua gagasan sentra dari definisi-definisi diatas, ”keluarga menunjuk kepada dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga” (Hariyanto, 2005).

Taylor, 1979
Memberikan pengertian secara sederhana keluarga dipandang sebagai sebuah sistem sosial, “The family is comprised of a network of a continually evolving interpersonal unions (structure). It is linked of bonds of closeness, security, identity, support and sharing (bonding), and is demarcated by genetic heritage, legal sanction, and interpersonal alliance (boundaries). The family is perpetuated to fill individual biologic, economic, psychologic and social needs (function).”
Dalam Laporan Temu Ilmiah Sistem Kesejahteraan Anak Nasional, Kantor Menko Kesra Depsos, 1998, pola asuh orangtua dirumuskan sebagai “seperangkat sikap dan perilaku yang tertata, yang diterapkan oleh orangtua dalam berinteraksi dengan anaknya”.

Baumrind (dalam Achir, 1990)
Menganggap bahwa pola pengasuhan tertentu dalam keluarga akan memberi pengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak. Baumrind (dalam Martin & Colbert, 1997) mengidentifikasi 3 pola utama tipe/gaya pengasuhan: authoritarian (tinggi control, rendah kehangatan), permissive (tinggi kehangatan, rendah control) dan authoritative (tinggi control, tinggi kehangatan).
Pembahasan Teori

Keluarga adalah sebuah kelompok yang pada umumnya terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga sendiri adalah setiap unit yang membentuk sebuah kesatuan yang memiliki fungsi masing-masing.
Masing – masing anggota keluarga biasanya terikat secara emosional maupun tanggungjawab. Tanggungjawab yang dimaksud ialah, seorang ayah bertugas mengayomi keluarganya dan memenuhi kebutuhan anak istrinya baik secara lahir maupun batin, seorang istri memiliki tanggungjawab kepada suaminya dan juga mengurus anak-anaknya, dan seorang anak juga memiliki tanggungjawab untuk berbakti kepada kedua orangtua nya.
Keluarga juga merupakan suatu jaringan dimana masing-masing memiliki kebutuhan juga, seperti rasa aman, kebutuhan ekonomi, identitas, dan pengakuan dari masing-masing anggota keluarga nya sendiri. Sebuah keluarga bisa hancur apabila masing-masing anggota keluarga tidak saling memperhatikan satu sama lain.
Peran orang tua juga tidak lepas dalam hal menentukan akan seperti apa nanti keluarga tersebut berkembang dan bagaimana nanti anak-anak mereka tumbuh ketika dewasa. Hal tersebut tak lepas dari pola asuh orang tua terhadap anaknya. Memang banyak faktor budayaan atau ayang menentukan hal ini, misalnya masalah tingkatan ekonomi, pendidikan dan latar belakang keluarga.
Pembahasan Kasus
( Keluarga Bpk. Eddy )


Keluarga Bapak Eddy termasuk dalam keluarga kelas menengah. Bila dilihat dari keseharian keluarga mereka, dapat disimpulkan bahwa keluarga mereka cukup harmonis. Masing-masing anggota keluarga menjalankan fungsi dan tanggungjawabnya dengan cukup baik.
Dalam hal mendidik pun, tidak ada kekerasan di dalam keluarga tersebut. Bila ada yang membuat kesalahan lebih banyak teguran dan sebuah pengarahan dari orang tua. Dalam pola tingkah laku asuh nya pun, komunikasi sangat ditekankan. Walaupun Ibu Rachel lebih mendominasi hal ini, tapi itu tidak membuat peran seorang ayah dan suami hilang, karena Bapak Eddy selalu menyempatkan waktu untuk berbicara dengan anak-anak dan istrinya,.

Kesimpulan

Tingkat kelas ekonomi sangat menetukan pola tingkah laku asuh orang tua terhadap anaknya. Hal ini dapat dilihat bila membandingkan dengan keluarga dengan tingkat kelas atas dan bawah. Pada keluarga dengan tingkatan ekonomi kelas bawah cenderung lebih keras dan menggunakan hukuman fisik apabila seorang anak melakukan sebuah kesalahan., anak dari kelas bawah bersikap lebih agresif, independen, dan biasanya cenderung lebih awal dalam pengalaman seksual.
Pada kelas atas cenderung lebih memanfaatkan waktu luangnya dengan kegiatan tertentu, lebih memiliki latar belakang pendidikan yang reputasinya tinggi, dan biasanya senang mengembangkan apresiasi estetikanya, anak-anaknya cenderung memiliki rasa percaya diri dan cenderung memanipulasi aspek realititas.
Untuk kelas menengah cenderung lebih memberikan pengawasan dan perhatian sebagai orang tua. Para ibunya merasa bertanggung jawab terhadap tingkah laku anak-anaknya dan menerapkan ambisi untuk meraih status tinggi, dan menekan anak untuk mengejar statusnya melalui pendidikan dan latihan professional.
Pada keluarga Bapak Eddy, hal tersebut bisa terlihat, dimana ketika sang ibu memberikan kontrol dan pengawasan tapi tetap juga memberikan kehangatan, dan hal ini juga dilakukan oleh suaminya, sehingga pola asuh tersebut bisa dikatakan pola asuh authoritative (Baumrind (dalam Achir, 1990),tentang tiga pola pengasuhan).

0 komentar: